Selasa, 14 Juni 2011

GAMBANG SEMARANG


Kota Semarang adalah sebuah kota Metropolitan yang memiliki penduduk heterogen terdiri dari campuran beberapa etnis yaitu  Jawa, Cina, Arab dan keturunanya. Juga etnis lain dari beberapa daerah di Indonesia yang datang ke Semarang untuk keperluan berusaha, menuntut ilmu maupun menetap selamanya di Semarang. Mayoritas penduduk memeluk agama Islam, tetapi ada pula pemeluk agama lain seperti Kristen, Katholik, Hindu dan juga Budha. Mata pencaharian penduduk beraneka ragam seperti pedagang, pegawai pemerintah, pekerja pabrik dan petani. Kendati warganya sangat heterogen, namun kehidupan sosial masyarakat Kota Semarang sangat damai. Toleransi kehidupan umat beragama sangat dijunjung tinggi. Inilah faktor yang sangat mendukung kondisi keamanan Kota Semarang.
Secara geografis Semarang terletak antara 6 derajat 50’ – 7 derajat 10’ lintang selatan dan garis 109 derajat 35’ – 110 derajat 50’ Bujur Timur, dengan batas-batas sebelah utara dengan laut Jawa, sebelah timur dengan Kabupaten Demak, sebelah barat dengan Kabupaten Kendal dan sebelah selatan dengan Kabupaten Semarang. Suhu udara berkisar antara 20 - 30 derajat Celsius dan suhu rata-rata 27 derajat Celsius (www.wikipedia.org).
Dengan keunikan bentuk geografis yang jarang ditemui di kota-kota lain, Semarang seperti terbagi menjadi daerah dengan dua iklim, panas dan sejuk. Karena  memang kota Semarang berada dipesisir pantai  yang merupakan dataran rendah. Bicara tentang Kota Semarang tak lengkap rasanya jika tidak mengupas aset-aset budaya yang dimiliki oleh kota tersebut. Dengan membicarakannya lebih dalam, diharapkan dapat lebih mengerti dan mencintai aset-aset budaya yang ada di kota Semarang ini. 
Gambang Semarang merupakan salah satu kesenian tradisional milik masyarakat Semarang. Kesenian ini terdiri atas unsur seni musik, vokal, tari, dan lawak. Salah satu kesenian tradisonal ini memiliki akar historis yang cukup kuat di Semarang. Walaupun ada sebuah fakta yang menyebutkan bahwa Gambang Semarang berasal dari Gambang Kromong. Meskipun Gambang Semarang berasal dari Gambang Kromong, kesenian ini memiliki konsep estetis dan urutan penyajian tertentu yang membedakan dengan kesenian lainnya dan sekaligus merupakan ciri khasnya.
Berdasarkan penelitian terhadap folklor, telah berhasil ditemukan unsur seni budaya Semarang yang dapat digunakan sebagai pendukung ciri khas Gambang Semarang, yaitu: dialek Semarang, cerita rakyat Semarang, tembang dolanan dan macapat Semarangan, busana Semarang, dan  karawitan  Semarangan.
( www.wawasandigital.com)
Secara musikal Gambang Semarang menunjukkan ciri yang berbeda dengan Gambang Kromong seperti ditampilkan lagu-lagu khusus Gambang Semarang, lagu-lagu daerah Jawa Tengah, lagu-lagu keroncong, dan lagu-lagu pop Jawa. Dalam bidang seni tari Gambang Semarang memiliki tiga ragam gerak baku, yaitu: ngondhek, ngeyek, dan genjot yang ketiganya merupakan gerakan yang berpusat pada pinggul. Dalam seni lawak, Gambang Semarang mempunyai tiga bentuk lawakan, yaitu: lawakan verbal, nonverbal, dan musikal.
Untuk memperkuat  kesenian ini sebagai identitas budaya Semarang dilakukan penataan yang meliputi penataan  musik, vokal, tari, dan lawak. Penataan musik dan lagu dilakukan dengan cara membuat aransemen, menambahkan beberapa instrumen karawitan Jawa dan Sunda, mengembangkan teknik permainan instrumen, serta menampilkan lagu-lagu yang bertema dan bernuansa Semarang, yaitu: Semarang Kota Atlas, Simpang Lima, Semarang Tempo Doeloe, Tanjung Emas, dan Makanan Khas Semarang.   
            Dalam penataan tari, telah diciptakan dua buah komposisi yang berjudul Tari Gambang Semarang dan Tari Goyang Semarang. Musik iringan tari ditata dengan pembuatan aransemen lagu Gambang Semarang dan Gado-gado Semarang serta menciptakan lagu Tari Goyang Semarang, yang dapat mendukung perwujudan gerak tarinya.
           Penataan lawak dilakukan dengan mengacu pada bentuk-bentuk lawakan Gambang Semarang, yaitu: lawakan verbal, nonverbal, dan musikal. Penggarapan lawak dilakukan dengan menggubah cerita lawak Dhadhung Kepuntir dalam tradisi Gambang Semarang dan diberi judul Dhadhung Ruwet. Media komunikasi yang digunakan dalam penataan lawak ini adalah bahasa rakyat Semarang  yang  bersifat multilingual.
 Sejak dianggap menghina kota, Gambang Semarang mulai sepi order dan tidak pernah lagi dilibatkan dalam kegiatan pemerintah. Padahal, gambang sudah menjadi ikon kesenian Kota Semarang. Memasuki tahun 2000-an, Pemerintah pun mulai campur  tangan untuk membangkitkan Gambang Semarang dari keterpurukan. Dinas Pendidikan Kota Semarang mulai memfasilitasi pementasan Gambang Semarang di sejumlah tempat. Aksi ini didukung Pemerintah Provinsi Jawa  Tengah. Agus Supriyanto, inspirator kebangkitan Gambang Semarang, mengaku perlu menata ulang tarian. “Itu dilakukan agar Gambang Semarang bisa menjadi tari pergaulan atau tarian selamat datang. Ternyata kami kesulitan. Warga Semarang asli, dalam arti lahir dan besar di Semarang, ternyata tidak mengenal musik dan lagu-lagu Gambang Semarang,” katanya. (www.suaramerdeka.com)
"Apa guna Bung malu-malu kucing Meong-meong di belakang suaranya nyaring Apa guna Bung diam-diam kucing Sudah menerkam sebelum berhenti " ITULAH penggalan lirik lagu berjudul ''Malu-malu Kucing'' yang dilantunkan Dimyanto Jayadi (67), generasi keempat penerus Gambang Semarang yang masih eksis. Mungkin bagi generasi tua, tak asing dengan lagu yang diciptakan Oei Yok Siang di awal kemunculan Gambang Semarang puluhan tahun silam. Namun bagi generasi muda, belum tentu akrab dengan lagu itu. (www.oase.kompas.com)
Di sisi lain , upaya menghidupkan kembali gambang Semarang mulai terdengar. Beberapa remaja tertarik dan bergabung (Kelompok Gambang Semarang Fakultas Sastra Universitas Diponegoro). Mereka berlatih menari gambang Semarang baru dengan koreografi gubahan Agus Supriyanto. Hasil penataan dan pelatihan itu telah dipentaskan dalam lokakarya pada tanggal 8 Desember 1999 di Hotel Patra Jasa Semarang. Jayadi berlapang dada melihat gambang Semarang “baru”. “Bagi saya tidak masalah. Yang penting gambang  Semarang bisa terus hidup,” katanya. (www.suaramerdeka.com)

 Lirik lagu Gambang Semarang 
Sayup-sayup “Gambang Semarang”-nya Oei Yok Siang terus mengalun.
ampat penari kian kemari
jalan berlenggang, aduh…
langkah gayanya menurut suara
irama gambang
sambil bernyanyi, jongkok berdiri
kaki melintang, aduh…
sungguh jenaka tari mereka
tari berdendang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar